NAMA : RIYAN HIDAYAT
NIM; 1211010023 / STIKES INSAN SE AGUNG BANGKALAN

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
tentang Asuhan
Keperawatan jiwa pada Remaja dengan baik.
Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya dosen pembimbing kami yang
telah membimbing kami hingga terselesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami perlukan dalam
perbaikan makalah ini.Dan semoga makalah ini bisa berguna bagi kami dan
pembaca.
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar ………………………………..1
Daftar Isi ……………………………….
2
Bab I ………………………………..3
1)
Pendahuluan …………………………..…….3
Ø
Latar
Belakang Masalah……………………………….3
Ø
Tujuan ……………………….………..3
Ø
Metode
Peulisan
Bab II …………………………………4
v
Tinjauan
Pustaka …………………………………4
Ø
Pengertian …………………………………4
Ø
Karakteristik
Gangguan Jiwa…………………………..5
Ø
Proses
Keperawatan …………………………………6
Bab III …………………………………13
v
Penutup …………………………………13
Ø
Kesimpulan …………………………………13
Ø Saran …………………………………13
Daftar Pustaka …………………………………14
BAB
I
PENDAHULUAN
Asuhan jiwa merupakan asuhan
keperawatan spesialaistik,namun tetap di lakukan secara holistic pada saat
melakukan asuhan kepada klien.Berbagi terapi keperawatan yang di kembangkan di
fokuskan kepada klien secara individu,kelompok,keluarga maupun komunitas.
Banyak orang tua mempunyai pengertian terbatas mengenai proses tumbuh kembang
anak, sehingga sering terjadi benturan-benturan yang menimbulkan
masalah-masalah kesehatan jiwa pada remaja.
B.
Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui dasar-dasar kesehatan jiwa.
2.
Mengetahui gangguan kesehatan jiwa pada remaja.
3.
Mengetahui proses keperawatan jiwa pada remaja.
C.
Metode Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari
3 bab utama. Bab I berisi tentang latar belakang dari penulisan makalah ini,
tujuan di adakannya penulisan, dan metode penulisan makalah ini. Bab II
merupakan bagian yang berisi penjelasan tentang tinjauan pustaka, yang membahas
materi/pokok bahasan makalah ini,yakni,asuhan keperawatan jiwa pada remaja.Bab
III merupakan bagian terakhir yang berisi kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
1.
Pengertian
a.
Kesehatan jiwa
Kesehatan jiwa adalah suatu
bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau bagian integral dan merupakan
unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Menurut
Keliat (2007:1) kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtra yang
memungkinkan hidup harmonis dan pruduktif sebagai bagian yang utuh dari
kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan suatu segi kehidupan manusia.
2.
Gangguan Jiwa
Menurut Keliat (2007:1)
gangguan jiwa adalah sindrom atau pola prilaku yang secara klinis bermakna yang
berkaitan langsung dengan distress(penderitaan) dan menimbulkan hendaya
(disabilitas) pada satu atau lebih fungsi kehidupan kehidupan manusia Ganggua
jiwa biasanya mulai timbul pada masa remaja seperti :
a.
Gangguan tingkah laku
Menurut
Copel (2007:1) seorang remaja yang memiliki gangguan tingkah laku menunjukkan
pola perilaku yang secara konsisten melanggar hak-hak orang lain dan
mengabaikan standar social yang umum. Remaja biasanya menipu, mencuri,
aktivitas social, dan kekerasan.
b.Gangguan
sikap menentang
Menurut
Copel (2007:1) gangguan sikap menentang
adalah adalah prilaku negative, tidak patuh, dan bermusuhan.Walaupun mereka
tidak melanggar hak orang lain, mereka bertindak dalam cara yang sangat
menyusahkan orang tua, guru, figure otoritas lainnya.
Faktor-faktor predisposisi
terjadinya gangguan jiwa pada remaja.
Adanya gangguan kesehatan jiwa sebenarnya disebabkan oleh banyak hal. Ada tiga
golongan penyebab gangguan jiwa, pertama, gangguan fisik, biologis atau
organik. Penyebabnya antara lain berasal dari faktor keturunan, kelainan pada
otak penyakit infeksi (Tifus, hepatitis, malaria dan lain-lain), kedua,
gangguan mental, emosional atau kejiwaan. Penyebabnya, karena salah dalam pola
pengasuhan (Pattern of parenting) hubungan yang patologis diantara keluarga
disebabkan frustasi, konflik dan tekanan krisis. Ketiga, gangguan sosial dan
lingkungan, penyebabnya dapat berupa stressor psikososial, dan perkembangnan
diri.
2.
Karakteristik Gangguan Jiwa
Gejalanya adalah Keabnormalan
terlihat dalam berbagai macam gejala yang terpenting diantaranya adalah :
ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas,
perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa lemah dan tidak
mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk dan sebagainya.
Tanda gangguan jiwa
a.
Gangguan kognisi
Suatu proses mental yang
dengannya seorang individu menyadari dan mempertahankan hubungan dengan lingkungan
yang baik, lingkungan yang dalam maupun luarnya (Fungsi mengenal).
b.
Gangguan perhatian
Pemusatan dan konsentrasi
energi menilai dalam suatu proses kognitif yang timbul dari luar akibat dari
rangsang.
c.
Gangguan ingatan
Kesanggupan untuk mencatat,
menyimpan memproduksi isi dan data-data kedsadaran.
d.
Gangguan Asosiasi
Proses mental dan dengannya
perasaan, kesan atau gambaran ingatan cenderung atau gambaran ingatan
respon/konsep lain, yang sebelumnya berkaitan dengannya.
e. Gangguan Pertimbangan
Suatu proses mental untuk
mebandingkan/menilai beberapa pilihan dalam suatu kerangka kerja dengan
memberikan nilai-nilai untuk memutuskan maksud dan tujuan dari suatu aktivitas. ( Zakaria Darajat, 2007)
3. Proses Keperawatan
Sesuai
dengan tahapan proses keperawatan dan dengan berorientasi pada keterampilan
kompetensi ego, pertama kali perawat perlu melakukan pengkajian.
A.
Pengkajian
Perawat mengkaji penguasaan
anak terhadap tiap area keterampilan yang dibuthkan anak untuk dapat menjadi
seorang dewasa yang kompeten. Selain mengkaji keterampilan yang telah diuraikan
tersebut, perawat juga perlu mengkaji data demografi, riwayat kesehatan
terdahulu, kegiatan hidup anak sehari-hari, keadaan fisik, status mental,
hubungan interpersonal, serta riwayat personal dan keluarga.
1.Data
demografi
Meliputi nama, usia, tempat
dan tanggal lahir anak; nama, pendidikan, alamat orang tua; serta data lain
yang dianggap perlu diketahui.riwayat kelahiran, alergi, penyakit dan
pengobatan yang pernah diterima anak, juga perlu dikaji. Selain itu, aktivitas
kehidupan sehari-hari anak meliputi keadaan gizi termasuk berat badan, jadwal
makan dan minat terhadap makanan tertentu, tidur termasuk kebiasaan dan
kualitas tidur, eliminasi meliputi kebiasaan dan masalah yang berkaitan dengan
eliminasi, kecacatan dan keterbatasan lainnya.
2. Fisik
Perlu diperiksa keadaan kulit,
kepala, rambut, mata, telinga, hidung, mulut, pernafasan, kardiovaskular,
muskuloskeletal, dan neurologis anak. Pemeriksaan fisik lengkap sangat
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh gangguan fisik terhadap
perilaku anak. Selain itu hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai dasar dalam menentukan
pengobatan yang diperlukan. Bahkan untuk mengetahui kemungkinan bekas
penganiayaan yang pernah dialami anak.
3. Status mental
Pemeriksaan status mental
bermanfaat untuk memberikan gambaran mengenai fungsi ego anak. Perawat
membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi ego anak dari waktu ke waktu. Oleh
karena itu, status mental anak perlu dkaji setiap waktu dengan suasana yang
santai dan nyaman bagi anak.
Pemeriksaan atatus mental meliputi keadaan emosi, proses berpikir, dan isi
pikiran; halusinasi dan persepsi; cara bicara dan orientasi; keinginan untuk
bunuh diri atau membunuh.
Pengkajian terhadap hubungan interpesonal anak dilihat dalam hubungannya dengan
anak sebayanya, yang penting untuk mengetahui kesesuaian perilaku dengan usia.
4. Riwayat
personal dan keluarga
Meliputi faktor pencetus masalah, riwayat
gejala, tumbuh kembang anak, biasanya dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini
sangat diperlukan untuk mengerti perilaku anak dan membantu menyusun tujuan
asuhan keperawatan. Pengumpulan data keluarga merupakan bagian penting dari
pengkajian melalui pengalihan fokus anak sebagai indivdu ke sistem keluarga.
Tiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk mengidentifikasi siapa yang
bermasalah dan apa yang telah dilakukan oleh keluarga untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Untuk menegakkan diagnosa keperawatan, data yang telah
dikumpulkan kemudian dianalisa sebagai dasar perencanaan asuhan keperawatan
selanjutnya.dalam keperawatan psikiatri dapat digunakan PND (Psychiatric
Nursing Diagnosis), NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) dan
DSM-III R (Diagnosis and Statistical Manual of Mental Disorders).
B.
Perencanaan
Tujuan asuhan keperawatan disusun
sesuai dengan kebutuhan anak, seperti modifikasi penyesuaian anak sekolah, dan
perubahan lingkungan anak. Untuk anak yang dirawat di unit perawatan jiwa,
tujuan umumnya adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi kebutuhan emosi anak dan kebutuhan untuk dihargai
2. Mengurangi ketegangan pada anak dan kebutuhan untuk berperilaku defensive
3. Membantu anak menjalin hubungan positif dengan orang lain
4. Membantu mengembangkan identitas diri anak
5. Memberikan anak kesempatan untuk menjalani kembali tahapan perkembangan
terdahulu yang belum terselelsaikan secara tuntas
6. Membantu anak berkomunikasi secara efektif
7. Mencegah anak untuk menyakiti baik dirinya maupun diri orang lain
8. Membantu anak memelihara kesehatan fisiknya
9. Meningkatkan uji coba realitas yang tepat
C. Implementasi
Berbagai bentuk terapi pada
anak dan kelurga dapat diterapkan, yang terdiri dari :
1. Terapi bermain
Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi anak untuk mengekspresikan konflik
yang belum terselesaikan, selain juga berfungsi untuk :
a.
Menguasai dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu yang tidak dapat
dikendalikan sebelumnya.
b.
Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari
c.
Berkomunikasi dengan orang lain
d.
Menggali dan mencoba belajar bagaimana berhubungan dengandiri sendiri, dunia
luar, dan orang lain
e.
Mencocokkkan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan realitas
2. Terapi
keluarga
Semua anggota keluarga perlu
diikutsertakan dalam terapi keluarga. Orangtua perlu belajar secara bertahap
tentang peran mereka dalam permasalahan yang dihadapi dan bertanggung jawab
terhadap perubahan yang terjadi pada anak dan keluarga. Biasanya cukup sulit
bagi keluarga untuk menyadari bahwa keadaan dalam keluarga turut meninbulkan
gangguan pada anak. Oleh karena itu perawat perlu berhati-hati dalam
meningkatkan kesadaran keluarga.
3. Terapi
kelompok
Terapi
kelompok dapat berupa suatu kelompok yang melakukan kegiatan atau berbicara.
Terapi kelompok ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan uji realitas,
mengendalikan impuls (dorongan internal), meningkatkan harga diri,
memfasilitasi pertumbuhan, kematangan dan keterampilan sosial anak. Kelompok
dengan lingkungan yang terapeutik memungkinkan anggotanya untuk menjalin
hubungan dan pengalaman sosial yang positif dalam suatu lingkungan yang
terkendali. Wilson dan Kneisl (1992) menyampaikan beberapa terapi kelompok
seperti, analytic group phsycho therapy, phsycho drama.
4.
Psikofarmakologi
Walaupun
terapi obat bekum sepenuhnya diterima dalm psikiatri anak, tetap bermanfaat
untuk mengurangi gejala (hiperaktif, depresi, impulsif, dan ansietas) dan
membantu agar pengobatan lain lebih efektif. Pemberian obat ini tetap diawasi
oleh dokter dan menggunakan pedoman yang tepat.
5. Terapi
individu
Ada
berbagai terapi individu, terapi bermain psikoanalitis, psikoanalitis
berdasarkan psikoterapi, dan terapi bermain pengalaman. Hubungan antara anak
dengan therapist memberikan kesempatan apda anak untuk medapatkan pengalaman
mengenai hubungan positif dengan orang dewasa dengan penuh kasih sayang dan uji
realitas.
6.
Pendidikan pada orang tua
Pendidikan
terhadap orang tua merupkan hal yang penting untuk mencegah gangguan kesehatan
jiwa anak, begitu pula untuk meningkatkan kembali penyembuhan setelah dirawat.
Orang tua diajarkan tentang tahap tumbuh kembang anak, sehingga orang tua dapat
mengetahui perilaku yang sesuai dengan usia anak. Keterampilan berkomunikasi
juga meningkatkan pengertian dan empati antara orangtua dan anak. Teknik yang
tepat dalam mengasuh anak juga diperlukan untuk mengembangkan disiplin diri
anak. Hal-hal lain seperti psikodinamika keluarga, konsep kesehatan jiwa, dan
penggunaan pengobatan, juga diajarkan.
7. Terapi
lingkungan
Konsep
terapi lingkungan dilandaskan pada kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang
dialami anak. Lingkungan yang aman dan kegiatan yang teratur dan terprogram,
memungkinkan anak untuk mencapai tugas terapeutik dari rencana penyembuhan
dengan berfokus pada modifikasi perilaku. Program yang berfokus pada perilaku,
memungkinkan staf keperawatan untuk memberikan umpan balik terus menerus kepada
anak-anak tentang perilaku mereka sesuai jadwal kegiatan. Untuk perilaku yang
baik, mereka menerima pujian, stiker atau nilai, tergantung pada tingkat
perkembangannya. Sebaliknya, perilaku negatif tidak ditoleransi.
D.
Evaluasi
Pada
umumnya fasilitas penyembuhan bagi anak dengan gangguan jiwa mempunyai program
yang dirancang untuk jangka waktu tertentu. Waktu perawatan jangka pendek
biasanya berkisar antara 2 sampai 4 minggu, dan direncanakan untuk diagnosa dan
evaluasi, intervensi krisis, serta perencanaan yang komprehensif. Pada umunya
pengamatan perawat berfokus pada perubahan perilaku anak. Apakah anak
menunjukkan kesadaran dan pengertian tentang dirinya sendiri melalui refleksi
diri dan meningkatnya kemampuan untuk membuat keputusan secara rasional? Anak
harus mulai beradaptasi dengan lingkungannya dan tidak impulsif. Aspek yang
perlu dievaluasi antara lain:
1.
Keefektifan intervensi penanggulangan perilaku
2.
Kemampuan untukberhubungan dengan teman sebaya, orang dewasa dan orang tua
secara wajar
3.
Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri
4.
Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program sebagai rekreasi dan proses
belajar
5.
Respons terhadap peraturan dan rutinitas.
6.
Status mental secara menyeluruh
7.
Koordinasi dan rencana pemulangan
Berbagai
gangguan jiwa pada remaja seringkali
tidak dapat kita cegah, bahkan terkadang sulit diatasi. Namun dengan kesabaran
dan penatalaksanaan yang tepat– dengan mengikutsertakan para ahli, anggota
keluarga dan tentu saja dengan pertolongan Allah Swt– cobaan itu niscaya akan
terasa lebih ringan. Selain itu anakpun dapat dikembangkan secara optimal meski
dalam keterbatasannya.
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai
perawat atau calon perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah
satunya melalui pendidikan keperawatan yang berkelanjutan, sehingga kita tidak
mengalami kesalahan dalam melakukan asuhan keperawatan.
Copel,Linda
Carman.2007.Kesehatan Jiwa dan Psikiatri.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Keliat,Budi
Anna.2004.Keperawatan Jiwa.Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Keliat,Budi
Anna.dkk.2007.Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.