Riyan Hidayat
NIM : 121101023
Makalah ilmu keperawatan
BAB I
PENDAHULUAN
- A. LATAR BELAKANG
Di era modernisasi seperti sekarang ini, dimana aktivitas kehidupan
manusia yang semakin padat, baik itu seorang pelajar, mahasiswa, pekerja
keras, dan berbagai aktivitas lainnya yang dapat memporsir waktu,
sehinnga tak jarang di antara mereka kurang memperhatikan kestabilan
kesehatan tubuh mereka dan tanpa mereka sadari dan rasakan secara
langsung, suatu rasa sakit atau penyakit serta penurunan kekebalan tubuh
diam- diam menyerang mereka.
Oleh sebab itu, dibutuhkan berbagai profesi kesehatan dalam membantu
mengatasi dan menangani kesehatan masyarakat yang mulai meranggas dan
meresahkan, termasuk perawat.
Akan tetapi, perlu kita ketahui bersama bahwa tidak semua pekerjaan
menangani kesehatan seseorang adalah sebuah profesi, contohnya: dukun
beranak, dapat membantu seorang ibu melahirkan tanpa memiliki bekal lab
skill sebagai seorang bidan ataupun perawat.
Suatu pekaerjaan membutuhkan status profesi agar ia dapat bertindak
secara professional dan terarah sehingga tercapai tujuan yang
diinginkan. Tapi tidak semua orang yang telah mendapatkan status profesi
juga dapat bertindak secara professional.
Sebuah pekerjaan penanganan kesehatan yang tidak memiliki status
profesi akan merasa bahwa segala tindak-tanduk yang dilakukannya untuk
menangani kesehatan idak perlu dilakukan secara maksimal dengan bekal
pengetahuan standar atau sekedar aji mumpung, sehingga ini bukan malah
mengatasi masalah kesehatan, akan tetapi menambah penyakit baru.
Masalah kesehatan masyarakat merupakan sasaran dan objek utama oleh
para profesi kesehatan. Oleh karena itu, penanganannya tidak boleh
sembrono dan asal-asalan. Para profesi kesehatan harus memiliki lab
skill yang terpondasi dengan baik sebelum mereka turun menangani, hingga
hal ini dapat membantu masyarakat mendapatkan kestabilan kesehatan
mereka kembali.
Perawat, merupakan penangan kesehatan kedua setelah dokter. Akan
tetapi perlu kita ketahui bahwa perawat bukanlah seorang pembantu dokter
karena perawat memiliki kode etik dan standar asuhan keperwatan yang
jelas dan terarah.
Perawat, sebuah profesi dimana tugasnya adalah mendampingi dan
melayani klien dengan baik, efektif dan professional selama 24 jam,
harus dapat bertindak secara professional dan mengetahui karakteristik
profesi yang dilakoninya. Oleh sebab itu, terbentukalah kode etik dan
standar asuhan keperawatan yang menjadi bekal dan modal penentu,
pengarah dalam menjalankan tugasnya.
- B. RUMUSAN MASALAH
- Apa pengertian profesi keperawatan?
- Bagaimana karakteristik profesi keperawatan?
- Bagaimana perkembangan keperawatan sebagai profesi dan konsep keperawatan sebagai profesi caring?
- Apa peran dan fungsi perawat?
- C. TUJUAN
- Mendapat ridha Allah SWT.
- Mengetahui konsep profesi keperawatan
- Mengetahui karakteristik profesi keperawatan
- Mengetahui konsep keperawatan sebagai profesi caring dan perkembangan keperawatan sebagai profesi
- Mengetahui dan mengaplikasikan peran dan fungsi perawat sebagai mahasiswa keperawatan.
- 6. Sebagai bentuk pelaksanaan dan penyelesaian tugas
makalah konsep dasar keperawatan dengan tema “Pengertian dan
Karakteristik Profesi dan Keperawatan sebagai profesi caring”
BAB II
PROFESI
KEPERAWATAN
- A. Pengertian dan Karakteristik Profesi dan Keperawatan
I. Defenisi
Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya
memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan
lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh: Profesi dalam
bidang hukum, kesehatan, keuangan, milter, teknik, desainer, dll
[1].
Para pakar mendefenisikan profesi sebagai berikut:
- Schein EH (1962); Profesi merupakan sekumpulan pekerjaan yang
membangun suatu norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya di
masyarakat.
- Hughes EC (1963); Profesi adalah mengetahui yang lebih baik tentang
suatu hal dari orang lain serta mengetahui lebih baik dari kliennya
tentang apa yang terjadi pada kliennya[2].
Para pakar keperawatan mendefenisikan keperawatan dalam berbagai
cara. Beberapa diantaranya dikemukakan dibawah ini (Husin, 1992; Kozier
et al, 1997; Chitty, 1997)
- Florence Nightinale (1859); Keperawatan dilihat sebagai tindakan
nonkuratif yaitu membuat klien dalam kondisi terbaik secara alami,
melalui penyediaan lingkungan yang kondusif untuk terjadinya proses
reparative.
- Virginitas Henderson (1966); Keperawatan adalah kegiatan membantu
individu sehat atau sakit dalam melakukan upaya aktivitas untuk membuat
individu tersebut sehat atau sembuh dari sakit atau meninggal dengan
tenang (jika tidak dapat disembuhkan), atau membantu apa yang seharusnya
dilakukan apabila ia mempunyai cukup kekuatan, keinginan, atau
pengetahuan.
- Martha E. Rogers (1970); Keperawatan adalah ilmu humanistis tentang
kepedulian dalam mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan caring terhadap rehabilitasi individu yang sakit atau
cacat.
- American Nurses Association (1980); Keperawatan adalah suatu
diagnosis dan terapi tentang respons manusia terhadap masalah kesehatan
yang aktual dan potensial[3].
II. Karakteristik
Profesi keperawatan adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan
yang bentuknya merawat orang lain adalah profesi. Profesi keperawatan
memiliki karakteristik sendiri yang membedakannya dari profesi lainnya,
yaitu;
- 1. Pekerjaan dilakukan secara menetap, atau mungkin seumur hidup.
Pekerjaan dikatakan sebagai profesi apabila ia bersifat statis dan
berkelanjutan, menetap, serta konsisten terhadap bidangnya. Pekerjaan
tersebut tidak boleh hanya dijadikan sebagai “batu loncatan” atau “aji
mumpung”. Keperawatan sebagai profesi, selayaknya pekerjaan sebagai
perawat harus bersifat menetap dengan menanggung segala risiko dengan
lapang dada baik itu suka ataupun duka. Pekerjaan sebagai perawat harus
benar-benar menjadi sumber penghidupan bagi dirinya dan keluarganya,
oleh karena itu dalam diri tiap
perawat harus ditanamkan kesungguhan hati, rasa ikhlas dalam membantu
orang lain, menjadikannya sebagai pilihan terbaik.
- 2. Pekerjaan yang dilakukan memberi kepuasan karena merupakan panggilan jiwa
Seseorang yang telah memilih dan menetapkan keperawatan sebagai
profesinya, ia akan menjadikan keperawatan sebagai bagian dari dirinya.
Keikhlasan menerima profesi keperawatan akan terasa ringan dan membuat
seseorang menikmati pekerjaanya sebagai perawat. Segala rintangan dan
hambatan yang ditemui tidak menjadikan seseorang lari dari profesi ini,
tetapi membuatnya semakin mencintai dan menjiwai keperawatan. Klien yang
dirawat umumnya berada dalam kondisi yang tidak berdaya sehingga
cenderung pasrah terhadap apapun yang dilakukan oleh perawat asalkan ia
dapat kembali sehat. Keberhasilan perawat dalam menyelamatkan hidup
klien bukan hanya berdampak pada klien tersebut, tetapi juga berdampak
pada keluarganya, serta menimbulkan rasa kepuasan tersendiri bagi
perawat.
- 3. Memiliki keterampilan khusus menyangkut ilmu dan seni
Sebagai suatu profesi, keperawatan dibentuk melaui proses
kependidikan professional keperawatan. Pendidikan professional ini
bertujuan untuk menumbuhkan serta membina sikap dan tingkah laku
professional; memberii landasan keilmuan yang kokoh agar asuhan
keperawatan yang diberikan berkualitas; menumbuhkan dan membina
keterampilan professional; serta menumbuhkan dan membina landasan etik
keperawatan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Pendidikan
professional keperawatan saat ini terdiri atas dua program , yakni
program akademik dan program profesi. Perawat juga harus memiliki
kompetensi tersendiri dan mencakup 3 aspek yang terdiri dari aspek
kognitif, psikomotor, dan afektif.
- 4. Keputusan yang diambil didasarkan pada prinsip atau teori dalam kegiatan professional
Sebagai suatu profesi, keperawatan harus didukung oleh berbagai teori
keperawatan agar asuhan yang diberikan semakin berkualitas dan
professional. Keilmuan keperawatan didukung dan ditopang oleh ilmu-ilmu
yang lain. Sasaran layanan keperawatan adalah klien, baik sebagai
individu, keluarga, maupun komunitas. Karenanya, perawat harus
menguasai teori-teori yang menyangkut aspek individu, keluarga, maupun
masyarakat yang mencakup anatomi, fisiologi, ilmu kesehatan keluarga,
serta ilmu kesehatan masyarakat. Lebih dari itu, sebagai tenaga
kesehatan yang paling lama berinteraksi dengan klien, perawat juga harus
menguasai teori-teori yang berkenaan dengan komunikasi, psikologi, dan
sosiologi. Jadi, apapun tindakan yang dilakukan perawat terhadap klien,
keputusan tersebut harus dilandasi oleh teori keilmuan.
- 5. Berorientasi pada asuhan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan manusia
Tugas utama perawat adalah memberikan asuhan keperawatan kepada
klien. Perawat yang berorientasi untuk memberikan asuhan pada klien akan
bersikap ramah, sopan, dan selalu siap membantu klien. Oleh karena itu,
perawat sebagai penolong klien harus berorientasi untuk memenuhi
kebutuhan klien.
- 6. Asuhan yang diberikan didasarkan atas kebutuhan objektif
Walaupun perawat berorientasi kepada klien, bukan berarti segala
keinginan klien harus dipenuhi. Perawat harus mampu menganalisis dan
menyeleksi mana yang menjadi kewenangannya. Klien yang dirawat tentu
memiliki masalah dalam dirinya, baik secara fisik ataupun psikologis.
Peran perawat disini adalah memberi asuhan kepada klien guna memenuhi
kebutuhannya. Untuk mewujudkannya, perawat hrus menggunakan suatu
metodologi yang disebut proses keperawatan. Sebagi suatu profesi,
keperawatan mempunyai ruang lingkup yang jelas, yaitu memenuhi kebutuhan
dasar manusia sebagai respons dari keadaan sakit atau proses
penyembuhan
[4]. Kebutuhan manusia yang menjadi pedoman bagi perawat diantaranya adalah kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow.
- 7. Mempunyai otonomi dalam menentukan tindakan
Klien dapat diibaratkan sebuah bangunan yang memiliki banyak pintu.
Pintu-pintu itu mempunyai corak yang berbeda meskipun tetap memiliki
fokus yang sama, yaitu jalan untuk memasuki bangunan tersebut. Semua
pintu tersebut baik dan memiliki bentuk yang jelas. Pintu-pintu
diibaratkan sebagai profesii kesehatan yang mempunyai karakteristik
tersendiri. Setiap profesi kesehatan mempunyai fokus orientasi yang
berbeda. Perbedaan ini bukan berarti satu profesi mengungguli profesi
yang lain atau suatu profesi superior dan profesi lain inferior.
Mengakui keberagaman dan keunikan setiap profesi kesehatan bukan berarti
menganggap salah satu profesi lebih baik dan lebih unggul dari profesi
lain. Tidak ada dominasi dan perlakuan yang berbeda terhadap profesi
kesehatan. Masing-masing profesi kesehatan harus menghargai satu sama
lain.
Gambar 1.
Strategi pengelolaan Klien
[5]
- 8. Memiliki standar etika dan praktik profesional
Etika keperawatan adalah pedoman bagi perawat didalam memberikan
asuhan keperawatan agar segala tindakan yang di ambilnya tetap
memerhatikan kebaikan klien. Etika keperawatan ini tuangkan ke dalam
aturan tertulis yang dikenal dengan istilah kode etik. Kode etik
keperawatan
[6]
adalah suatu asas atau aturan moral tertulis yang harus digunakan oleh
perawat sebagai pedoman/ prinsip berperilaku agar mereka etap berada
dalam koridor kebenaran. Kode etik ini harus tertanam dalam diri setiap
perawat tidak hanya terbatas pada lingkup kerja, namun juga merasuk ke
segala aspek kehidupan perawat dan menjadii gaya hidup mereka. Perawat
Indonesia memliki kode etik sendiri yang telah disahkan oleh organisasi
profesi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Keperawatan sebagai profesi tidak hanya memiliki kode etik, tetapi
juga standar profesi. Standar profesi adalah pedoman yang harus
digunakan oleh perawat sebagai panduan dalam menjalani profesinya. Dalam
keperawatan, standar profesi ini dikenal dengan istilah standar praktik
keperawatan. Standar praktik keperawatan harus dilaksanakan oleh setiap
perawat di seluruh tatanan keperawatan, baik di rumah sakit, puskesmas,
maupun instansi pelayanan kesehatan lainnya. Di Indonesia, standar
praktik keperawatan dibuat mengacu pada tahap proses keperawatan yang
meliputi lima standar, yaitu standar pengkajian, standar diagnosis
keperawatan, standar perencanaan, standar implementasi, dan standar
evaluasi.
- 9. Mempunyai wadah yang berbentuk organisasi profesi
Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya perawat Indonesia
memiliki suatu wadah/organisasi profesi yang disebut Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI). Organisasi PPNI sendiri berkewajiban membina
dan mendorong anggotanya untuk meningkatkan profesionalisme mereka
melalui peningkaan kualitas pendidikan, pengetahuan, keterampilan serta
keahlian. Karenanya, PPNI dituntut untuk terlibat secara langsung di
dalam upaya pembinaan dan pengawasan profesi keperawatan. Upaya
pembinaan dan pengawasan ini antara lain terkait dengan kode etik
keperawatan, standar profesi keperawatan, rekomendasi perizinan praktik
keperawatan, pencapaian angka kredit bagi anggotanya, dan sebagainya.
Selain PPNI, peran pemerintah dalam pengembangan profesi keperawatan
juga tak kalah pentingnya. Pemerintah diharapkan mau mendorong dan
bekerja sama dengan PPNI serta melibatkan PPNI secara aktif di dalam
perencanaan, pendayagunaan, pengawasan, dan pembuatan kebijakan terkait
kesehatan terutama yang menyangkut tenaga keperawatan. Salah satu
alasannya adalah karena perawat merupakan profesi kesehatan yang
menyangkut hajat hidup manusia, tanpa membeda-bedakan suku, ras,
pangkat, jabatan, golongan, agama, status sosial ekonomi, ataupun aliran
politik.
Baik pemerintah ataupun PPNI, keduanya harus berusaha
semaksimall mungkin untuk meningkatkan kualitas perawat dan keperawatan
melaui upaya pelatihan dan pendidikan berkelanjutan. PPNI sendiri harus
bisa menjadii kekuatan politis yang dapat memengaruhi kebijakan
pemerintah dalam bidang kesehatan. Tanpa kekuatan politis, perawat dapat
diibaratkan buih di lautan. Meskipun banyak, tetapi tidak memiliki
kekuatan sehingga profesi perawat akan termajinalkan. Oleh karena itu
PPNI harus mampu melaksanakan koordinasii yang baik dengan pemerintah,
sesama organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi lain,
serta masyarakat. Koordinasi ini dilakukan dalam rangka meningkatkan
profesionalisme keperawatan.
[7]
- B. Perkembangan Keperawatan Sebagai Profesi
- I. Muara Keperawatan
1) Sejarah Perkembangan Keperawatan
Perkembangan keperawatan diawali pada :
1. Zaman Purbakala (Primitive Culture)
Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat diri sendiri
(tercermin pada seorang ibu). Harapan pada awal perkembangan keperawatan
adalah perawat harus memiliki naluri keibuan (Mother Instinc). Dari
masa Mother Instinc kemudian bergeser ke zaman dimana orang masih
percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistic yang dapat
mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan ini dikenal dengan nama
Animisme. Mereka meyakini bahwa sakitnya seseorang disebabkan karena
kekuatan alam/pengaruh gaib seperti batu-batu, pohon-pohon besar dan
gunung-gunung tinggi.
Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa dimana pada
masa itu mereka menganggap bahwa penyakit disebabkan karena kemarahan
dewa, sehingga kuil-kuil didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang
yang sakit meminta kesembuhan di kuil tersebut. Setelah itu perkembangan
keperawatan terus berubah dengan adanya Diakones & Philantrop,
yaitu suatu kelompok wanita tua dan janda yang membantu pendeta dalam
merawat orang sakit, sejak itu mulai berkembanglah ilmu keperawatan.
2. Zaman Keagamaan
Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana
seseorang yang sakit dapat disebabkan karena adanya dosa/kutukan Tuhan.
Pusat perawatan adalah tempat-tempat ibadah sehingga pada waktu itu
pemimpin agama disebut sebagai tabib yang mengobati pasien. Perawat
dianggap sebagai budak dan yang hanya membantu dan bekerja atas perintah
pemimpin agama.
3. Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada
saat itu banyak terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang
bertujuan untuk mengunjungi orang sakit sedangkan laki-laki diberi tugas
dalam memberikan perawatan untuk mengubur bagi yang meninggal.
Pada zaman pemerintahan Lord-Constantine, ia mendirikan Xenodhoecim
atau hospes yaitu tempat penampungan orang-orang sakit yang membutuhkan
pertolongan. Pada zaman ini berdirilah Rumah Sakit di Roma yaitu
Monastic Hospital.
4. Pertengahan abad VI Masehi
Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia Barat Daya yaitu Timur
Tengah, seiring dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam
terhadap perkembangan keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi
Muhammad SAW menyebarkan agama Islam.
Abad VII Masehi, di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan
seperti Ilmu Pasti, Kimia, Hygiene dan obat-obatan. Pada masa ini mulai
muncul prinsip-prinsip dasar keperawatan kesehatan seperti pentingnya
kebersihan diri, kebersihan makanan dan lingkungan. Tokoh keperawatan
yang terkenal dari Arab adalah Rufaidah.
5. Permulaan abad XVI
Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama
menjadi kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat
kolonial. Gereja dan tempat-tempat ibadah ditutup, padahal tempat ini
digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat orang sakit. Dengan adanya
perubahan ini, sebagai dampak negatifnya bagi keperawatan adalah
berkurangnya tenaga perawat. Untuk memenuhi kurangnya perawat, bekas
wanita tuna susila yang sudah bertobat bekerja sebagai perawat. Dampak
positif pada masa ini, dengan adanya perang salib, untuk menolong korban
perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai perawat, mereka
terdiri dari orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami
berperang dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat.
Pengaruh perang salib terhadap keperawatan :
a. Mulai dikenal konsep P3K
b. Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan sehingga timbul peluang kerja bagi perawat dibidang sosial.
Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap perkembangan keperawatan :
a. Hotel Dieu di Lion
Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah
bertobat. Selanjutnya pekerjaan perawat digantikan oleh perawat terdidik
melalui pendidikan keperawatan di RS ini.
b. Hotel Dieu di Paris
Pekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah Revolusi
Perancis, orde agama dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh
orang-orang bebas. Pelopor perawat di RS ini adalah Genevieve Bouquet.
c. ST. Thomas Hospital (1123 M)
Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada
masa ini perawat mulai dipercaya banyak orang. Pada saat perang Crimean
War, Florence ditunjuk oleh negara Inggris untuk menata asuhan
keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut memberi peluang bagi
Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus meningkatkan status
perawat. Kemudian Florence dijuluki dengan nama “ The Lady of the Lamp”.
6. Perkembangan keperawatan di Inggris
Florence kembali ke Inggris setelah perang Crimean. Pada tahun 1840
Inggris mengalami perubahan besar dimana sekolah-sekolah perawat mulai
bermunculan dan Florence membuka sekolah perawat modern. Konsep
pendidikan Florence ini mempengaruhi pendidikan keperawatan di dunia.
Kontribusi Florence bagi perkembangan keperawatan antara lain :
a. Nutrisi merupakan bagian terpenting dari asuhan keperawatan.
b. Okupasi dan rekreasi merupakan terapi bagi orang sakit
c. Manajemen RS
d. Mengembangkan pendidikan keperawatan
e. Perawatan berdiri sendiri berbeda dengan profesi kedokteran
f. Pendidikan berlanjut bagi perawat
[8]
2) Sejarah Perkembangan Keperawatan di Indonesia
- 1. Keperawatan di Masa Kuno
Masyarakat Indonesia di masa kuno beranggapan bahwa penyakit itu
disebabkan oleh perbuatan makhluk halus yang jahat. Kepercayaan ini
begitu mengakar pada masyarakat, sehingga ketika ada yang sakit maka
mereka akan pergi ke dukun untuk mendapatkan pengobatan. Pengobatan yang
dilakukan yaitu dengan menggunakan mantra-mantra dan bahan-bahan
tertentu yang tidak terbukti khasiatnya. Dari segi keperawatan, orang
yang sakit hanya dirawat oleh kaum wanita yang berlandaskan kepada
naluri keibuan (mother instinc). Tidak ada catatan yang menyebutkan kaum
pria ikut serta melakukan perawatan dengan alasan kaum pria tidak
mempunyai kasih sayang yang cukup untuk merawat orang sakit. Pada masa
kuno ini, tidak ada catatan sejarah yang menyebutkan perkembangan yang
berarti dalam bidang keperawatan.
2. Keperawatan di Masa Penjajahan
Di masa penjajahan, perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami
kemajuan. Perkembangan keperawatan banyak dipengaruhi oleh konsep-konsep
keperawatan dari Negeri Belanda. Hal ini tidak terlepas dari peranan
pemerintah Belanda yang mendirikan dinas kesehatan khusus tentara (saat
itu disebut MGD) dan dinas kesehatan rakyat (saat itu disebut BGD).
Melalui kedua dinas tersebut pemerintah Belanda merekrut perawat dari
penduduk pribumi.
Perawat yang dalam bahasa Belanda disebut Velpleeger menjalankan
tugasnya sebagai perawat dengan dibantu oleh penjaga orang sakit yang
disebut Zieken Opposer. Para perawat dan penjaga orang sakit ini
difasilitasi untuk membentuk organisasi profesi. Organisasi profesi
perawat pertama dibentuk di Surabaya pada tahun 1799, organisasi
tersebut bernama Perkoempoelan Zieken Velpleeger / Velpleester Boemi
Poetra (disingkat PZVB Boemi Poetra). Para perawat ini bekerja di Binnen
Hospital di Surabaya untuk merawat staf dan tentara Belanda.
Untuk meningkatkan kemampuan para perawat ini agar dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang profesional, maka para perawat ini melalui
organisasinya diberikan semacam pendidikan dan pelatihan oleh pemerintah
Belanda. Ilmu keperawatan pada masa Belanda disebut Verpleegkunde.
Sejak saat itu banyak sekali istilah-istilah keperawatan Indonesia yang
mengadopsi bahasa Belanda. Sampai sekarang masih sering kita dengar
istilah Belanda tersebut, misalnya nierbeken (bengkok), laken (sprei),
bovenlaken (kain penutup), warm-water zak (buli-buli hangat), Iiskap
(buli-buli dingin), scheren (gunting/cukur), dan lain-lain.
Ketika kekuasaan beralih ke masa Pemerintahan Jepang, keperawatan
Indonesia mengalami masa kegelapan. Wabah penyakit menyebar di
mana-mana, jumlah orang sakit meningkat, sementara bahan-bahan yang
dibutuhkan seperti balutan dan obat-obatan dalam kondisi kekurangan.
Pendidikan keperawatan yang dilakukan oleh pemerintah Belanda terhenti.
Banyak perawat yang berhenti bekerja sebagai perawat dikarenakan
ketakutan dan kecemasan. Selanjutnya tidak ada catatan perkembangan
sampai akhirnya Indonesia mendapatkan kemerdekaan.
- Keperawatan Indonesia Setelah Kemerdekaan
Tahun
|
Sejarah Perkembangan
|
<1950
|
Indonesia Belum mempunyai konsep dasar tentang keperawatan |
1950
|
Indonesia mendirikan pendidikan perawat yaitu Sekolah Penata Rawat (SPR). |
1945-1955
|
Berdirinya beberapa organisasi profesi, diantaranya yaitu Persatuan
Djuru Rawat dan Bidan Indonesia (PDBI), Serikat Buruh Kesehatan,
Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Pegawai Dalam
Kesehatan. |
1962
|
Berdirinya Akademi Keperawatan (Akper). |
1955-1974
|
Organisasi profesi keperawatan mengalami perubahan yaitu Ikatan
Perawat Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia, Ikatan Guru Perawat
Indonesia, Korps Perawat Indonesia, Majelis Permusyawaratan Perawat
Indonesia Sementara (MAPPIS), dan Federasi Tenaga Keperawatan. |
1974
|
Rapat Kerja Nasional tentang Pendidikan Tenaga Perawat Tingkat Dasar
yaitu berdirinya Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang mengganti Sekolah
Penata Rawat (SPR).
Berdirinya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). |
1976
|
Pendidikan Keperawatan di Indonesia yang semula menyatu dengan
pelayanan di rumah sakit, telah mulai memisahkan diri (terpisah) dari
rumah sakit. |
1983
|
Dilaksanakannya Lokakarya Nasional Keperawatan I yang menghasilkan:
a) Peranan Independen dan Interdependen yang lebih terintegrasi dalam
pelayanan kesehatan; b) Program gelar dalam pendidikan keperawatan; c)
Pengakuan terhadap keperawatan sebagai suatu profesi yang mempunyai
identitas profesional berotonomi, berkeahlian, mempunyai hak untuk
mengawasi praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan. |
1985
|
Berdiri Pendidikan Keperawatan Setingkat Sarjana (S1 Keperawatan)
yang pertama yaitu Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang
menjadi momentum terbaik kebangkitan Profesi Keperawatan di Indonesia. |
1999
|
Berdiri Pendidikan Keperawatan Pasca Sarjana (S2 Keperawatan). |
2000
|
Keluarnya Lisensi Praktek Keperawatan berupa Peraturan Menteri Kesehatan.[9] |
Tabel 1. Sejarah Perkembangan Keperawatan di Indonesia
- II. Perawat dan Profesi Keperawatan
Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksana standar
praktik kepewrawatan dan pendididkan keperawatan. Perawat diharapkan
ikut aktif dalam mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan
perawatan secara professional. Perawat, sebagai anggota organisasi
profesi, berpartisipasii dalam memelihara kestabilan social, dan ekonomi
sesuai dengan kondisi pelaksanaan praktik keperawatan.
[10]
- III. Pertumbuhan Profesionalisasi dalam Keperawatan.
a. Penataan Pendidikan Keperawatan.
Pendidikan merupakan unsur pertama yang
harus dilakukan penataan karena melalui pendidikan perkembangan
profesi keperawatan akan terarah dan berkembang sesuai dengan kemajuan
ilmu dan teknologi sehingga tenaga keperawatan yang dihasilkannya dapat
berkualitas. Dalam penataan pendidikan keperawatan yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut :
- Percepatan pertumbuhan pendidikan keperawatan dalam sistem
pendidikan nasional dengan menetapkan jenjang dan jenis pendidikan
keperawatan mulai dari jenjang pendidikan diploma,sarjana,dan profesi.
- Pengendalian dan pembinaan pelaksanaan pendidikan pada pusat-pusat
pendidikan keperawatan. Pelaksanaan pengendalian tersebut dilakukan
dengan mengadakan pelaksanaan akreditasi pendidikan serta penyesuaian
standar pendidikan sesuai dengan pendidikan profesi keperawatn.
- Pengembangan lahan praktek keperawatan dilakukan dengan membentuk
komunitas profesional. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan membentuk
komunitas keperawatan seperti pembagian komunitas perawat menjadi
divisi- divisi, seperti: komunitas perawat divisi medical bedah,divisi
maternitas, divisi anak, divisi jiwa,divisi gawat darurat,divisi
gerontik dan lain-lain, sehingga keperawatan sebagai pendidikan profesi
akan lebih terarah.
- Pengembangan dan pembinaan staf akademis menuju terbentuknya
masyarakat akademis professional. Hal tersebut dilakukan dengan melalui
berbagai pengembangan bagi staf untuk mengadakan penelitian sehingga
akan dihasilkan berbagai karya untuk kepentingan profesi keperawatan dan
pengabdian apda masyarakat dalam rangka menata bentuk aplikasi di
masyarakat bagi profesi keperawatan.
b. Penataan Praktek keperawatan.
Penataan praktek keperawatan merupakan bentuk penataan profesi
keperawatan menuju profesi yang sejajar dengan profesi kesehatan lain.
Mengingat dengan menata bidang ini, lingkup praktek keperawatan akan
lebih jelas dan terarah dalam praktek sebagai profesi, dan dalam
penataan praktek keperawatan tersebut, maka dapat dilakukan upaya
sebagai berikut:
- Pengembangan dan pembinaan pelayanan asuhan keperawatan secara
professional. Pengembangan ini dilakukan harus berlandaskan ilmu
pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah.
- Penyusunan dan pemberlakuan standar praktek keperawatan. Penyusunan
ini akan dilakukan dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan sehingga
dapat dipertanggung jawabkan melalui asuhan keperawatan mandiri dan
professional.
- Penerapan model asuhan keperawatan secara professional dengan
memperhatikan beberapa kode etik keperawatan yang berlaku dan dalam
melakukan setiap tindakan menggunakan asuhan professional.
- c. Penataan Pendidikan Berlanjut.
Penataan pendidikan keperawatan berkelanjutan merupakan syarat
penting dalam mempercepat profesionalisasi keperawatan, karena melalui
pendidikan berkelanjutan keperawatan akan selalu berkembang dan terarah.
Untuk menuju penataan tersebut dapat dilakukan :
- Pengembangan pola pendidikan berkelanjutan. Pengembangan pola ini
diharapkan akan lebih memudahkan dalam jangkauan dan pencapaian bagi
komunitas perawat agar selalu meningkatkan diri dalam perkembangan ilmu
keperawatan.
- Penyusunan program pendidikan berkelanjutan yang disesuaikan dengan
kebutuhan perawat. Proses ini dapat dimulai dengan program sertifikasi
dalam keterampilan atau keahlian khusus.
- Pengembangan kemampuan untuk melaksanakan pendidikan keperawatan
melalui upaya pengembangan pendidikan keperawatan di beberapa tempat
pelayanan atau pendidikan.
- d. Penataan Organisasi Profesi Keperawatan.
Organisasi profesi merupakan sarana untuk komunikasi antar perawat
professional serta wadah dalam menyalurkan aspirasi dalam perkembangan
keperawatan dalam menuju tertatanya organisasi profesi . Oleh karena itu
dapat dilakukan dengan :
- Pembinaan organisasi profesi keperawatan. Pembinaan tersebut dalam
rangka agar organisasi profesi tersebut mampu melaksanakan fungsi dan
tanggung jawabnya sebagai organisasi profesi melalui pembinaan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Peningkatan kemampuan organisasi profesi keperawatan dengan
melaksanakan tanggung jawab dalam pendidikan keperawatan yang
berkelanjutan
- Pembinaan organisasi profesi keperawatan. Dengan pelaksanaan ini
diharapkan organisasi profesi bias diakui secara benar-benar menjadi
organisasi profesi keperawatan yang professional.
- e. Penataan Lingkungan untuk Perkembangan Keperawatan.
Lingkungan merupakan sesuatu yang penting dalam penerapan atau
pengembangan profesi, karena dengan pengakuan dari lingkungan, maka
profesi keperawatan akan semakin cepat berkembang ke arah terciptanya
lingkungan yang professional. Upaya keperawatan dalam menata lingkungan
tersebut dapat dilakukan kegiatan sebagai berikut:
- Melaksanakan desiminasi pengertian tentang keperawatan professional
dengan menjelaskan lingkup peran dan tanggung jawab serta kewenangan
profesi keperawatan kepada masyarakat.
- Menciptakan kesempatan bagi profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan keperawatan dengan sikap professional.
- Memberlakukan undang-undang dalam penerapan praktek keperawatan
professional sehingga segala kendala dan hambatan dapat diatasi secara
langsung.
- Memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk melaksanakan program
praktek keperawatan agar diakui oleh masyarakat (Husin, M, 1999).[11]
- C. Keperawatan Sebagai Profesi
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana
dalam menentukan tindakannya didasari pada ilmu pengetahuan serta
memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya, selain itu sebagai
profesi keperawatan mempunyai otonomi dalam pewenangan dan tanggung
jawab dalam tindakan serta adanya kode etik dalam bekerjanya kemudian
juga berorientasi pada pelayanan dengan melalui pemberian asuhan
keperawatan kepada individu, kelompok atau masyarakat.
Bentuk asuhan keperawatan ini sendiri merupakan suatu proses
dalam praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada
berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dengan menggunakan metodologi
proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik
keperawatan dalam lingkup wewenang dan tanggung jawabnya.
Berdasarkan penggunaan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan
ini, maka keperawatan dapat dikatakan sebagai profesi yang sejajar
dengan profesi dokter, apoteker, dokter gigi dan lain-lain. Dengan
demikian keperawatan dapat dikatakan sebagai profesi karena memiliki :
- Landasan ilmu pengetahuan yang jelas
- Memiliki kode etik profesi.
- Memili lingkup dan wewenang praktek keperawatan berdasarkan standar
praktik keperawatan atau standar asuhan keperawatan yang bersifat
dinamis.
- Memiliki organisasi profesi.[12]
- D. Keperawatan Sebagai Profesi Caring
Era globalisasi yang sedang dan akan kita hadapi dibidang kesehatan menimbulkan secercah harapan akan peluang
(opportunity)
meningkatnya pelayanan kesehatan. Terbukanya pasar bebas memberikan
pengaruh yang penting dalam meningkatkan kompetisi disektor kesehatan.
Persaingan antar rumah sakit memberikan pengaruh dalam manajemen rumah
sakit baik milik pemerintah, swasta dan asing dengan tujuan akhir adalah
untuk meningkatkan pelayanan. Tuntutan masyarakat akan pelayanan
kesehatan yang memadai semakin meningkat turut memberikan warna di era
globalisasi dan memacu rumah sakit untuk memberikan layanan terbaiknya
agar tidak dimarginalkan oleh masyarakat.
Mutu pelayanan keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan
kesehatan, bahkan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi
pelayanan kesehatan (rumah sakit) di mata masyarakat. Hal ini terjadi
karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak,
paling depan dan terdekat dengan penderitaan orang lain, kesakitan,
kesengsaraan yang dialami masyarakat. Salah satu indikator mutu layanan
keperawatan adalah kepuasan pasien. Perilaku
Caring perawat menjadi jaminan apakah layanan perawatan bermutu apa tidak.
Beberapa tokoh keperawatan seperti Watson (1979), Leininger (1984), Benner (1989), menempatkan
caring sebagai dasar dalam praktek keperawatan. Diperkirakan bahwa ¾ pelayanan kesehatan adalah
caring sedangkan ¼ adalah
curing. Jika perawat sebagai suatu kelompok profesi yang bekerja selama 24 jam di rumah sakit lebih menekankan
caring
sebagai pusat dan aspek yang dominan dalam pelayanannya maka tak dapat
disangkal lagi bahwa perawat akan membuat suatu perbedaan yang besar
antara
caring dan
curing (Marriner A-Tomey, 1998).
Kenyataan yang dihadapi saat ini adalah bahwa kebanyakan perawat
terlibat secara aktif dan memusatkan diri pada fenomena medik seperti
cara diagnostik dan cara pengobatan.
Caring yang diharapkan dalam keperawatan adalah sebuah perilaku perawatan yang didasari dari beberapa aspek diantaranya :
- Human Altruistic (mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan),
- Menanamkan kepercayaan-harapan,
- Mengembangkan kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain,
- Pengembangan bantuan dan hubungan saling percaya,
- Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan yang positif dan negatif,
- Sistematis dalam metode pemecahan masalah
- Pengembangan pendidikan dan pengetahuan interpersonal,
- Meningkatkan dukungan, perlindungan mental, fisik, sosial budaya dan lingkungan spiritual
- Senang membantu kebutuhan manusia,
- Menghargai kekuatan eksistensial-phenomenologikal. (Watson, 1979).
Untuk membangun pribadi
Caring, perawat dituntut memiliki
pengetahuan tentang manusia, aspek tumbuh kembang, respon terhadap
lingkungan yang terus berubah, keterbatasan dan kekuatan serta
kebutuhan-kebutuhan manusia. Bukan berarti kalau pengetahuan perawat
tentang
Caring meningkat akan menyokong perubahan perilaku perawat.
Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk
kinerja perawat dalam merawat pasien. Secara teoriti, ada tiga
kelokmpok variabel yang mempengaruhi kinerja tenaga kesehatan
diantaranya variabel individu, variabell organisasi dan psikologis.
Menurut Gibson(1987) yang termasuk variabel individu adalah kemampuan
dan keterampilan, latar belakang dan demografi. Variabel psikologi
merupakan persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Dan
variabel organisasi adalah kepemimpinan, sumber daya, imbalan struktur
dan desain pekerjaan. Dengan demikian membangun pribadi
Caring perawat harus menggunakan tiga pendekatan. Pendekatan individu melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
caring. Pendekatan
organisasi dapat dilakukan melalui perencanaan pengembangan, imbalan
atau yang terkait dengan kepuasan kerja perawat dan serta adanya
effektive leadership
dalam keperawatan. Peran organisasi (rumah sakit) adalah menciptakan
iklim kerja yang kondusif dalam keperawatan melalui kepemmpinan yang
efektif, perencanaan jenjang karir perawat yang terstruktur,
pengembangan system remunerasi yang seimbang dan berbagai bentuk
pencapaian kepuasan kerja perawat. Karena itu semua dapat berdampak pada
meningkatnya motivasi dan kinerja perawat dalam caring.
Akan tetapi tidak mudah merubah perilaku seseorang dalam waktu yang
singkat. Apakah orang yang lulus pendidikan tinggi melalui pendidikan
berlanjut menjadi baik perilaku
caring nya ? Apakah dengan iklim organisasi yang baik tiba-tiba seseorang perawat akan lebih
Caring. Bukan pekerjaan yang mudah untuk merubah perilaku seseorang, yang terbaik adalah membentuk
Caring perawat sejak dini, yaitu sejak berada dalam pendidikan. Artinya peran pendidikan dalam membangun
caring perawat sangat penting. Dalam penyusunan kurikulum pendidikan perawatan harus selalu memasukkan unsur
caring
dalam setiap mata kuliah. Penekanan pada humansitik, kepedulian dan
kepercayaan, komitmen membantu orang lain dan berbagai unsure caring
yang lain harus ada dalam pendidikan perawatan. Andaikata pada saat
rekruitmen sudah ada sistem yang bisa menemukan bagaimana sikap
caring
calon mahasiswa keperawatan itu akan membuat perbedaan yang mendasar
antara perawat sekarang dan yang akan datang dalam perilaku
caring – nya.
[13]
- E. Peran dan Fungsi Perawat
Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri
dari peran sebagi pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik,
koordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti yang dapat digambarkan
sebagai berikut:
- Peran sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan
perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melaluii pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar
bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan
tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan dilakukan dari yang
sederhana sampai dengan kompleks.
- Peran Sebagai Advokat Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak
atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri , hak untuk menerima
ganti rugi akibat kelalaian.
- Peran Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
dilakukan penyidikan kesehatan.
- Peran Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien
- Peran Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan
lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalm penentuan untuk
pelayanan selanjutnya.
- Peran Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah
atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini
dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tenang tujuan
pelayanan keperawatan yang diberikan.
- Peran Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis, dan terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
[14]
Fungsi merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan
perannya. Fungsi tersebut dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang
ada. Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai
fungsi diantaranya:
- Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,
dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri
dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis
(pemenuhan kebutuhan oksigenase, pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas
dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan
kebutuhan cinta-mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan
aktualisasi diri.
- Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas
pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan
pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini bisanya dilakukan oleh perawat
spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat
pelaksana.
- Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan diantara tim satu dengan lainnya. Fungsi ini terjadi
apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian
pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan kepada penderita
yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatas dengan
tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya,seperti
dokter dalam memberikan tindakan pengobatan bekerja sama dengan perawat
dalam pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.
[15]
BAB III
PENUTUP
- A. SIMPULAN
- Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya
memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan
lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh: Profesi dalam
bidang hukum, kesehatan, keuangan, milter, teknik, desainer, dll.
- Karakteristik profesi terdiri dari: 1. Pekerjaan dilakukan secara
menetap, mungkin seumur hidup; 2. Pekrjaan yang dilakukan member
kepuasan dan merupakan panggiln jiwa; 3. Memilki keterampilan khusus
menyangkut ilmu dan seni; 4. Keputusan yang diambil didasarkan pada
prinsip atau teori dalam kegiatan professional; 5. Berorientasi pada
asuhan untuk memenuhi kenutuhan kesehatan manusia; 6. Asuhan yang
diberikan didasarkan atas kebutuhan objekif; 7. Mempunyai otonomi dalam
menentukan tindakan; 8. Memiliki standar etika dan praktik professional;
9. Mempunyai wadah yang berbentuk organisasi profesi.
- Sejarah perkembangan keperawatan melaui banyak tahap dan proses yang
merupakan cikal bakal terbentuknya suatu profesi keperawatan.
- Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana
dalam menentukan tindakannya didasari pada ilmu pengetahuan serta
memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya, selain itu sebagai
profesi keperawatan mempunyai otonomi dalam pewenangan dan tanggung
jawab dalam tindakan serta adanya kode etik dalam bekerjanya kemudian
juga berorientasi pada pelayanan dengan melalui pemberian asuhan
keperawatan kepada individu, kelompok atau masyarakat.
- Mutu pelayanan keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan
kesehatan, bahkan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi
pelayanan kesehatan (rumah sakit) di mata masyarakat. Hal ini terjadi
karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak,
paling depan dan terdekat dengan penderitaan orang lain, kesakitan,
kesengsaraan yang dialami masyarakat. Salah satu indikator mutu layanan
keperawatan adalah kepuasan pasien. Perilaku Caring perawat menjadi jaminan apakah layanan perawatan bermutu apa tidak.
- Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri
dari peran sebagi pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik,
coordinator,, kolaborator, konsultan dan peneliti. Fungsi perawat
terdiri sebagai fungsi dependen, independen, dan interdependen.
- B. SARAN-SARAN
- Hendaknya kita sebagai mahasiswa keperawatan yang merupakan calon
profesi perawat dapat memhami dengan baik konsep profesi dan
karakteristiknya dan konsep keperawatan.
- Hendaknya kita sebagai mahasiswa keperawatan dapat mengambil hikmah
dan pelajaran moral dari sejarah perkembangan keperawatan agar dapat
berbuat lebih baik dari mereka dalam meneruskan profesi keperawatan yang
telah dirintis oleh para perawat kita dahulu.
- Hendaknya sebagai mahasiswa keperawatan, kita dapat memhami status
profesi keperawatan yang merupakan bentuk pengawasan terhadap
tindak-tanduk perawat dalam menjalani tugasnya.
- Hendaknya kita dapat lebih mengembangkan konsep keperawatan sebagai profesi caring dan mengaplikasikannya dengan baik
- Hendaknya kita dapat mengetahui, memahami dan mengaplikasikan peran dan fungsi perawat.
DAFTAR PUSTAKA
http/:id.wikipedia.org/wiki/profesi.html.
Hidayat, Aziz Alimul. 2002.
Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Sitorus, Ratna. 2006.
Model Praktik Keperawatan Nasional di Rumah Sakit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Heason, Kate Nightinale Margaret. 2003.
Pengantar Perawatan di Ruang Operasi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Asmadi. 2008.
Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
http:/www.blogger.com/sejarahkeperwatan.html
http:/www.blogspot.com/sejarahkeperawatanindonesia.html