Teori Dan Model Konsep Keperawatan Menurut Madeleine Leininger
Teori
Transkultural
Bab
I
Biografi
Madeleine Leininger
Madeleine lahir di Sutton, Nebraska
pada 13 Juli 1925, di sebuah lahan pertanian hidup dengan empat saudara laki-laki
dan seorang saudari.
Tahun 1945, dia bersama
saudarinya menjadi kadet di korps perawat dan mengambil program diploma di
sekolah perawat St. Anthony, Denver. Hal yang juga mendorong dia menjadi
seorang perawat di karenakan salah satu bibinya menderita penyakit jantung
bawaan, dia ingin membuat suatu perbedaan dalam kehidupan manusia, khususnya di
bidang perawatan.
Tahun 1948, menyelesaikan diploma keperawatan.
Tahun 1950, menerima gelar sarjana dalam ilmu biologi, ilmu
filsafat dan humaniora dariBenedictine College di Atchison, Kansas. Membuka
pelayanan keperawatan dan program pendidikan jiwa di Creighton University di
Omaha , Nebraska.
Tahun 1953, Menerima gelar master dalam ilmu keperawatan dari
University chatolik of America, di Washington DC, pindah ke Cincinnati dan
memulai program pendidikan jiwa pertama di Amerika.
Tahun antara 1954-1960, menjadi professor keperawatan dan
direktur program pasca sarjana di Universitas Cincinnati. Juga menerbitkan buku
tentang keperawatan psikiatrik, di sebut Konsep Dasar Keperawatan Jiwa, dalam
sebelas bahasa dan digunakan di seluruh dunia.
Tahun 1965, Madeleine menjadi perawat pertama mendapat gelar Ph.D
dalam antropologi, di Washington University. sebagai bagian dari proses beliau
mencari penyelesaian masalah tidak cukup adekuat intervensi kejiwaan
tradisional menjawab kebutuhan anak-anak dengan latar belakang budaya yang
berbeda-beda.
Tahun 1966, di tunjuk sebagai professor keperawatan dan
antropologi di University of Colorado, di mana untuk pertama kalinya perawatan
transkultural di perkenalakan di dunia keperawatan.
Tahun 1969-1974, sebagai dekan,professor keperawatan dan dosen
antropologi di University Of Washington school of Nursing.
Tahun 1974-1980, menjabat sebagai dekan dan professor Utah
University dan membuka program pertama untuk master dan doktoral transkultural
keperawatan.
Tahun 1981, professor dan direktur pusat penelitian kesehatan di
Wayne State University. Saat berkarya di sini Madeleine mendapat beberapa
penghargaan, antara lain :
1. Penghargaan bergengsi dari
Presiden dalam keunggulan dalam mengajar.
2. The Board of Governor’s
Distinguished Faculty Award.
3. Gershenson’s Research Fellowship
Award.
Tahun 1990, di angkat sebagai “the Women in Science Award” oleh
California State University.
Tahun 1991, sebagai seoarang ahli teori keperawatan beliau
menerbitkan teorinya tentang perawatan keanekaragaman budaya dan universal dan
menciptakan istilah “culturally congruent care’ sebagai tujuan dari
teorinya. Teori ini diuraikan dalam buku keanekaragaman budaya perawatan dan
universal. Mengembangkan metode Ethnonursing dan melakukan penelitian di
lapangan dengan membaur hidup bersama suku Gadsup di dataran tinggi Timur di
New Guinea tentang perawatn transkultural.
Sepanjang kariernya sebagai perawat terlebih ahli dalam teori
keperawatan mulai mengadakan sertifikasi gelar perawatan transkultural dan
telah mendirikan organisasi organisasi professional termasuk perawatan
transkultural Masyarakat pada tahun 1974, asosiasi perawatan manusia
internasional pada tahun1978 dan menjabat sebagai presiden secara penuh pertama
dari American Association of Colleges of Nursing. Mendirikan dan menjabat
editor pertama dari Journal of Transkultural Nursing pada tahun 1989-1995.
Penghargaan terakhir yang di terima adalah anugerah Lifetime Achievement Award
untuk kualitatif metodologi.
Dr. Madeleine Leininger adalah Guru besar yang terkenal di seluruh
dunia, penulis, pengembang teori, penelitidan pembicara publik. Menjadi
professor dari sekitar 70 perguruan tinggi, menulis 25 buku dan menerbitkan
lebih dari 220 artikel yang sekarang bisa kita lihat sebagai arsip di Wayne
State University digunakan juga sebagai bahan penelitian.Memberikan lebih dari
850 kuliah umum di seluruh dunia dan telah mengembangkan software sendiri untuk
perawat. Bidang keahliannya adalah keperawatan transkultural, perawatan manusia
komparatif, teori perawatan budaya, budaya di bidang keperawatan dan kesehatan,
antropologi dan masa depan dunia keperawatan. Magnificent Achievement.
Bab
II
Pembahasan
Teori dan model konsep keperawatan Transkultural
1. Pengertian teori Transkultural
Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan oleh Dr. M.
leininger dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat
tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini
dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini
akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
Transkultural Nursing
adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.
2. Konsep dalam Transkultural
Nursing
a. Budaya
adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
b. Nilai budaya
adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkanatau
sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu danmelandasi
tindakan dan keputusan.
c. Perbedaan budaya
Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yangoptimal dari pemberian
asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinanvariasi pendekatan keperawatan yang
dibutuhkan untuk memberikan asuhanbudaya yang menghargai nilai budaya individu,
kepercayaan dan tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu
yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
c. Etnosentris
diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. adalah persepsi
yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik.
e. Etnis
berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
f. Ras
adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan
asal muasal manusia
g. Etnografi
adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada
penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang
tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk
mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik
diantara keduanya.
h. Care
adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan
perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk
memenuhi kebutuhan baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan
kualitas kehidupan manusia.
i. Caring
adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau
antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
j. Cultural Care
berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,kepercayaan
dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi
kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan,
sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai
kematian dengan damai.
k. Culturtal imposition
berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan
kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lainkarena percaya bahwa ide
yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
3. Paradigma Transkultural
Nursing
Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai
cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep
sentral keperawatan (Andrew and Boyle, 1995), yaitu :
-. manusia,
-. sehat,
-. lingkungan dan
-. Keperawatan.
Manusia adalah individu, keluarga
atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan
berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger
(1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada
setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
Kesehatan adalah keseluruhan
aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang
sehat dan sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan
dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan
seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan
perawat mempunyai tujuan yang sama
yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif
(Andrew and Boyle, 1995).
Lingkungan didefinisikan sebagai
keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku
klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupandimana klien
dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu :
fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau
diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat
dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena
tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan
struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau
kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial
individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan
tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol
yangmenyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,
iwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
Asuhan keperawatan adalah suatu
proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada
klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan
memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan(Leininger, 1991) adalah :
-. Strategi I,
Perlindungan/mempertahankan budaya.
Mempertahankan budaya dilakukan bila
budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah
dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya,misalnya budaya Berolah raga setiap pagi
-. Strategi II,
Mengakomodasi/negoasiasi budaya.
Intervensi dan implementasi
keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap
budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar
dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau
amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang.
-. Strategi III, Mengubah/mengganti
budaya klien
Restrukturisasi budaya klien
dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat
berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak
merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan
sesuai dengan keyakinan yang dianut.
4. Proses keperawatan
Transkultural.
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit
(Sunrise Model) seperti yang terdapat pada gambar 1. Geisser (1991) menyatakan
bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir
dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew andBoyle, 1995).
Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
4.1. pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada
“Sunrise Model” yaitu :
a. Faktor agama dan falsafah hidup
(religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yangamat realistis bagi
para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan
kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama
yang harus dikaji oleh perawatadalah : agama yang dianut, status pernikahan,
cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan
agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
b. Faktor sosial dan keterikatan
keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : namalengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, danhubungan klien dengan kepala keluarga.
c. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup
(cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkanoleh penganut
budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah
yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang
perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi dan jabatan yang dipegang oleh
kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang
dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan
kebiasaan membersihkan diri.
d. Faktor kebijakan dan peraturan
yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit
yang berlaku adalah segalasesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam
asuhankeperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikajipada
tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk
klien yang dirawat.
e. Faktor ekonomi (economical
factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus
dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan,
tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi,
penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
f. Faktor pendidikan (educational
factors)
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali. Latar belakang
pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal
tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien
biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut
dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan
klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri.
4.2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang
dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and
Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan
dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu :
-. Gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan perbedaan kultur,
-. Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
-. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
4.3. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses
memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang
sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga
pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle,
1995) yaitu :
-. Mempertahankan budaya yang
dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan,
-. Mengakomodasi budaya klien bila
budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan
-. Merubah budaya klien bila budaya
yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang
proses melahirkan dan perawatan bayi
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural care
accomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah
dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan
pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
c. Cultural care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya.
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu.
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan keluarga.
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.
Perawat dan klien harus mencoba
untuk memahami budaya masing masing melalui proses akulturasi, yaitu proses
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya
budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul
rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien
akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
4.4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien
tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya
klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru
yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui
evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang
budaya klien.
Bab
III
Aplikasi
Teori
Studi kasus
Ø Strategi I,
Perlindungan/mempertahankan budaya.
Seorang dokter muda berumur 28 tahun
baru saja melahirkan anak pertamanya, di kamar perawatan dia ditemani oleh
suami dan keluarga termasuk mertuanya. Karena baru selesai melahirkan, sang
dokter tampaknya agak malas untuk menyusui bayinya saat itu dan ingin tidur
sebentar. Melihat hal tersebut ibu mertuanya berkata tidak baik bagi seorang
ibu yang baru melahirkan untuk bermalas-malasan dan tidak segera menyusui
bayinya, menurut ibu mertuanya nanti akan terbawa malas untuk bekerja di
kemudian hari.
Saat yang bersamaan, seorang perawat
ada di situ sedang memeriksa keadaan ibu dan bayi tersebut, dia mengiyakan
pendapat dari mertua dokter itu dengan mengemukakan argumentasinya bahwa kontak
pertama ibu dan anak adalah hal yang sangat baik untuk perkembangan mental bayi
nanti; semakin cepat bayi menyusui akan merangsang produksi ASI ; semakin cepat
bergerak akan lebih cepat ibu mandiri merawat diri dan bayi.
Intervensi dan implementasi
keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap
budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar
dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan.
Bab
IV
KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dijabarkan
pada bab terdahulu tentang penerapan asuhan
keperawatan Transkultural dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan
yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan
perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya
2. Pengkajian asuhan keperawatan dalam konteks budaya sangat diperlukan untuk
menjembatani perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat dengan klien
3. Diagnosa keperawatan transkultural yang ditegakkan dapat mengidentifikasi
tindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan atau bahkan
mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya baru.
4. Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat
begitu saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang
budaya klien sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien.
5. Evaluasi asuhan keperawatan transkultural melekat erat dengan perencanaan
dan pelaksanaan proses asuhan keperawatan transkultural.