• About
  • Sitemap
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Contact

INDIKESMA.COM

INFORMASI PENDIDIKAN KESEHATAN MADURA

  • Home
  • K.Masyarakat
  • Kedokteran
  • Keperawatan
  • Kebidanan
  • Farmasi
  • Galeri
  • Kampus
  • Info
  • Mahasiswa
Home » KEPERAWATAN » Makalah Keperawatan TB PARU

Makalah Keperawatan TB PARU

Makalah TB Paru
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Tuberculosis Paru (TB-Paru) masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Menurut WHO tahun 2007 menunjukkan
bahwa Tuberculosis Paru merupakan penyebab kematian pada
semua golongan usia dari golongan penyakit infeksi. Antara
tahun telah dilakukan survei prevalensi dengan hasil 0,4% - 0,6%
penyakit Tuberculosis Paru menyerang sebagian besar kelompok
usia produktif kerja dengan penderita Tuberculosis Paru.
Tuberkolusis paru masih merupakan problem kesehatan
masyarakat terutama pada Negara yang sedangkan berkembang.
Angka kematian sejak mulai berkurang sejak di terapkan
program pengobatan pemberian gizi dan tata cara kehidupan
penderita. Keadaan penderita membaik semenjak di
temukankannya streptomisin dan macam obat-obat anti
tuberkulin pada tahun berikutnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas kasus Tubbercolusis
membutuhkan penanganan yang lebih serius, penulis membahas
masalah ini dalam bentuk asuhan keperawatan dengan gangguan
sistem pernafasan Tuberculosis Paru.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar
disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberkulosis, kuman
tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara
pernafasan ke dalam paru. Kemudian kuman tersebut dapat
menyebar dari paru ke bagian tubuh lain melalui sistem
peredaran darah. Sistem saluran limfe, melalui saluran nafas
(bronchi) atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh
lainnya.
B. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis,
sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 /
um dan tebal 0,3 – 0,6 /um. Sebagian besar kuman terdiri dari
asam lemak lipid. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan
fisik. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam
keadaan dingin. Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat
dormant (tidur). Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit
intraseluler yakni dalam sitoplasma makrofag. Sifat lain kuman ini
adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam
hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi
daripada bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan
tempat predileksi penyakit tuberculosis. (Departemen Kesehatan
RI, 2004 )
C. Patofisiologi/Penularan
Daya penularan dari seorang penderita tuberculosis ditentukan
oleh banyaknya kuman yang terdapat dalam penderita,
persebaran dari kuman-kuman tersebut dalam udara serta
dikeluarkan bersama dahak berupa droplet dan berada di udara di
sekitar penderita tuberculosis. Dan kuman dapat terlihat langsung
dengan mikroskop pada sediaan dahaknya penderita BTA positif
adalah sangat menular.
Penderita tuberculosis eksterna paru tidak menular, kecuali
penderita itu menderita tuberculosis paru. Penderita tuberculosis
BTA positif mengeluarkan kuman-kuman ke udara dalam bentuk
droplet yang sangat kecil pada waktu batuk atau bersin. Droplet
yang sangat kecil ini mengering dengan cepat dan menjadi
droplet yang mengandung kuman tuberculosis dan dapat tetap
bertahan di udara selama beberapa jam.
Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhisap oleh orang
lain jika kuman tersebut sudah menetap dalam paru dari orang
yang menghirupnya, mereka mulai membelah diri (berkembang
biak) dan terjadi infeksi, ini adalah cara bagaimana infeksi tersebut
menyebar dari satu orang ke orang lain. Orang yang serumah
dengan penderita Tuberculosis Paru BTA positif adalah orang
yang besar kemungkinan terpapar dengan kuman tuberculosis.
(Suparman waspadji Sarwono, 2005)
D. Epidemiologi
Tuberculosis Paru masih merupakan problem kesehatan
masyarakat terutama di negara-negara yang sedang
berkembang. Angka kematian sejak awal abad ke 20 mulai
berkurang. Sejak ditetapkannya prinsip pengobatan dengan
perbaikan gizi dan tata cara kehidupan penderita. Keadaan
penderita lebih baik sejak ditemukannya obat streptomycin.
( Doenges E. Marilynn, 2002)
Penyakit Tuberculosis Paru sebagian besar menyerang usia
produktif kerja yang di atas 25 tahun dengan ekonomi lemah dan
sebagian besar orang yang telah terinfeksi (80 – 90). Pada
umumnnya 2 atau 3 % dari mereka yang baru terkena infeksi
akan timbul tuberkulosis paru-paru.
Bila mempertimbangkan kepekaan seseorang terhadap
tuberculosis, maka harus diperiksa dua faktor resiko :
a.Resiko mendapatkan infeksi.
b. Resiko timbulnya penyakit klinik, tergantung dari
faktor-faktor berikut.
-Infeksi diantara masyarakat.
- Kepadatan penduduk.
- Keadaan sosial kurang baik.
- Pengobatan yang tidak teratur.
E. Gambaran Klinik/Gejala
Gejala-gejala paling umum pada penderita Tuberculosis Paru
adalah :
1.Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza dan kadang-
kadang panas badan dapat mencapai 40 – 41 0C serangan
demam dapat sembuh kembali begitulah seterusnya hilang
timbulnya demam influenza ini, sehingga klien merasa tidak
terbebas dari serangan demam influenza. Dan keadaan ini sangat
dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya
infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
2.Batuk
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi
pada bronkus, batuk ini diperlukan untuk membuang produk-
produk radang keluar karena terlibatnya bronkus pada setiap
penyakit tidak sama. Mungkin saja bentuk baru ada setelah
penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah
berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula.
Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian
setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan
sputum) keadaan berlanjut adalah batuk darah (hemoptoe) karena
terdapat pembuluh daran yang pecah. Kebanyakan batuk darah
pada tuberculosis terjadi pada kavitasi, tapi juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus.
Pada penyakit yang ringan (baru timbul) belum dirasakan sesak
nafas, sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah
lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
3.Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan nyeri dada timbul bila infiltrasi
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
4. Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala
malaise sering ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu
makan). Badan semakin kurus (berat badan turun), sakit kepala,
meriang, nyeri otot, keringat malam dan lain-lain. Gejala malaise
ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak
teratur.
F. Penanganan
Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan fisis penderita sering tidak menunjukkan suatu
kelainan. Tempat kelainan yang paling dicurigai adalah bagian
apeks (puncak) paru. bila dicurigai adanya infiltrat yang agak luas.
Didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi suara nafas yang
bronkial. Akan didapatkan juga suara nafas tambahan berupa
ronki basah kasar dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi oleh
penebalan pleura, suara nafasnya menjadi vesikuler melemah.
Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan
suara hipersonor atau timpani dan auskultasi memberikan suara
amforik.
Pada tuberculosis yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering
ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal. Bagian paru
yang sakit jadi menciut dan menarik isi mediastinum atau paru
lainnya. Paru yang menjadi lebih hiperinflasi bila jaringan fibrotik
amat luas yakni lebih dari setengah jumlah jaringan paru-paru,
akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru sehingga
meningkatnya tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) lalu
akan terjadi “corpulmonal” dan akan mengakibatkan gagal
jantung kanan. Di sini akan didapatkan tanda-tanda kor pulmonal
dengan gagal jantung kanan seperti : Tachipnoe, tachikardia,
sianosis, tekanan vena jugularis meningkat, hepatomegali, asites
dan edema.
Bila tuberculosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura.
Paru yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernafasan. Perkusi
memberikan suara pekak. Auskultasi memberikan suara nafas
yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali.
1.) Pemeriksaan bakteriologis
- Sputum
Tanda pasti penderita tuberculosis ditetapkan dengan
pemeriksaan kultur, namun biaya mahal dan membutuhkan
waktu 6 – 8 minggu. Pemeriksaan dahak ini lebih cepat dan lebih
murah. Pemeriksaan tersebut berupa pemeriksaan mikroskopis
dari dahak yang telah dibuat sediaan apus dan diwarnai secara
Ziehl Nelson bila kuman basil tahan asam dijumpai dua kali dari
tiga kali pemeriksaan penderita disebut penderita BTA positif.
Pemeriksaan sputum secara mikroskopis ini merupakan satu-
satunya cara dimana diagnosis dapat dipastikan ini sangat penting
untuk dilaksanakan mengingat ketepatan dan efesiensinya dalam
menentukan penderita tuberculosis.
2.)Pemeriksaan radiologi (foto rontgen).
Diagnosis yang didasarkan pada pemeriksaan radiologi (foto
rontgen) belum merupakan diagnosis pasti. Kelainan-kelainan
yang dijumpai pada foto rontgen thorax mungkin dapat
disebabkan oleh tuberculosis atau keadaan lain. Dimana
gambaran pada foto rontgen tersebut tidak selalu spesifik untuk
tuberculosis. Pada beberapa orang yang sebelumnya menderita
tuberculosis dan sekarang sudah sembuh (sebab itu tidak perlu
pengobatan) dapat mempunyai gambaran foto rontgen thorax
seperti tuberculosis yang memerlukan pengobatan. Pemeriksaan
foto rontgen thorax mungkin berguna pada penderita-penderita
suspek yang belum pernah diobati sebelumnya dengan hasil
pemeriksaan sputum negatif.
3.) Tes tuberkulin
Tes tuberkulin hanya mempunyai nilai yang terbatas dalam
pekerjaan klinis. Terutama bila penyakit tuberculosis banyak
dijumpai suatu hasil tes yang positif tidak selalu diikuti dengan
penyakit. Demikian juga hasil tes negatif tidak selalu
menyingkirkan tuberculosis. Tes tuberkulin ini mungkin hanya
berguna dalam menentukan diagnosis dari penderita-penderita
yang sputum negatif (terutama pada anak-anak yang
mempunyai kontak dengan seorang penderita tuberkulosis yang
menular). Namun penderita-penderita tersebut harus diperiksa
oleh dokter yang berpengalaman.
Pengobatan
Pengobatan tuberculosis adalah memutuskan rantai penularan
dengan menyembuhkan penderita tuberculosis paling sedikit 85
% dari seluruh kasus tuberculosis BTA positif yang ditemukan
dan mencegah resistensi. Tata cara pemberian obat tuberculosis
paru.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
I. Diagnosa : Bersihan Jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan penumpukan secret
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan
selama 3 hari klien akan bernafas dengan baik
Intervensi :1. Kaji fungsi pernafasan, bunyi
nafas.
2. Beri posisi semi fowler.
3. Ajari klien untuk batuk efektif.
Rasional : 1. Penurunan bunyi nafas dapat
menunjukkan atelektasis,ronchi, menunjukkan akumulasi sekret.
2. Posisi semi fowler membantu
memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya
pernafasan.
3. Batuk efektif salah satu cara yang
baik dan efektif mengeluarkan lendir.
II.Diagnosa : Gangguan Pola tidur
berhubungan dengan peningkatan stimulasi pusat jaga
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan
selama 3 hari klien akan tidurnya membaik
Intervensi :1. Kaji kebiasaan tidur.
2. Hindari tindakan saat klien tidur.
3. Ciptakan lingkungan yang tenang
bagi klien.
Rasional : 1. Untuk mengidentifikasi intervensi
selanjutnya.
2. Agar klien tidak terganggu
sehingga kebutuhan tidurnya terpenuhi.
3. Lingkungan yang tenang bagi
klien untuk meningkatkan kebutuhan tidur dan istirahat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Tuberculosis Paru (TB-Paru) masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Menurut WHO tahun 2007 menunjukkan
bahwa Tuberculosis Paru merupakan penyebab kematian pada
semua golongan usia dari golongan penyakit infeksi. Antara
tahun telah dilakukan survei prevalensi dengan hasil 0,4% - 0,6%
penyakit Tuberculosis Paru menyerang sebagian besar kelompok
usia produktif kerja dengan penderita Tuberculosis Paru.
Penyakit Tuberculosis Paru adalah suatu penyakit menular,
masalah yang terjadi pada klien pola nafas tidak efektif, resiko
penularan terhadap keluarga dan orang lain perlu mendapat
perhatian secara seksama.
B. Saran
Pendidikan/penyuluhan kesehatan perlu ditingkatkan dan
dilaksanakan secara intensif kepada : individu, keluarga, kelompok
masyarakat, tentang cara penularan dan cara pencegahan,
pemberantasan, penanggulangan, pengobatan penyakit
Tuberculosis Paru, agar masyarakat dapat berperan serta aktif
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya serta
dapat segera memeriksakan kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Lynda Juall, 2006, Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan, edisi 2, penerbit EGC, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2004, Pedoman Penaykit Tuberculosis
dan Penanggulangan, , edisi 4.
Doenges E. Marilynn, dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3,
penerbit EGC, Jakarta
http://scrib.com.
Suparman, Waspadji Sarwono 2005, Ilmu Penyakit Dalam, jilid
II, FKUI, Jakarta.
Posted by Unknown on - Rating: 4.5
Title : Makalah Keperawatan TB PARU
Description : Makalah TB Paru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tuberculosis Paru (TB-Paru) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. M...

Share to

Facebook Google+ Twitter

0 Response to "Makalah Keperawatan TB PARU"

Posting Komentar

Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

DAFTAR ISI

My Link

My Link

Logo

POPULER

  • Makalah teori dan model keperawatan Virginia Hunderson
  • makalah pelayanan farmasi di RS
  • MAKALAH EKG ( ELEKTROKARDIOGRAFI) MENGENAI GANGGUAN ARITMIA YANG BERASAL DARI SINUS DAN ATRIAL
  • Makalah Teori Dan Model Konsep Keperawatan Menurut Madeleine Leininger
  • Makalah Konsep Nyeri

My Facebook



MENU

  • FARMASI (9)
  • INFO (9)
  • Kampus (9)
  • KEBIDANAN (10)
  • KEPERAWATAN (26)
  • MAHASISWA KEPERAWATAN (7)
  • PHOTO (5)
  • PRIBADI (13)
ping fast  my blog, website, or RSS feed for Free seomonitor.php?aut=125716
Copyright © 2012 INDIKESMA.COM - All Rights Reserved
Powered by Blogger